31 Januari 2020

Polda Jabar Periksa Sembilan Saksi soal Sunda Empire

Jakarta, CNN Indonesia -- Polda Jawa Barat telah memeriksa sembilan saksi dalam rangka mengusut dugaan pelanggaran hukum keberadaan Sunda Empire.

"Seluruhnya sembilan saksi (sudah diperiksa)," kata Kabid Humas Polda Jabar Kombes Saptono Erlangga kepada CNNIndonesia.com, Senin (27/1).

Dari sembilan saksi itu, kata Saptono, tiga di antaranya merupakan saksi yang berasal dari Sunda Empire.


Kemudian saksi lainnya yakni dari Kesbangpol Provinsi Jabar, Marketing Hotel Isola, Universitas Pendidikan Indonesia, budayawan Sunda, ahli sejarah, serta ahli pidana.


 Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Asep Adi Saputra menuturkan hasil pemeriksaan para saksi tersebut bakal dikaji penyidik untuk menentukan proses selanjutnya.

"Sementara ini sedang dikaji bagaimana keterangan saksi dan bukti-bukti yang ditemukan dan juga keterangan ahli dan untuk proses penyelidikan dan penyidikan," tutur Asep di Mabes Polri, Senin (27/1).

Sebelumnya, Polda Jabar diketahui memeriksa dua anggota Sunda Empire diperiksa sebagai saksi guna mengusut dugaan pelanggaran hukum keberadaan Sunda Empire.

Dua saksi itu yakni berinisial NB dan A. Kepada polisi, NB mengaku sebagai Perdana Menteri Sunda Empire.

Sebelumnya, unggahan video tentang Sunda Empire sempat beredar pada Kamis (16/1) malam. Sejumlah konten mengenai Sunda Empire itu menyebar ke masyarakat melalui media sosial.

Salah satu video yang tersebar, berisi tentang sejumlah orang yang mengenakan atribut seperti militer lengkap dengan topi baret. Salah satu dari mereka ada yang berorasi tentang masa pemerintahan negara-negara yang akan berakhir pada 2020. 


Jangan Ditanggapi Berlebihan

Ketua Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Jawa Barat Cecep Darmawan mengatakan fenomena kelompok Sunda Empire-Earth Empire (SE-EE) dengan segala klaimnya tidak perlu ditanggapi secara berlebihan.

Hal itu disampaikan Cecep usai Focus Group Discussion (FGD) tentang Sunda Empire dalam perspektif sejarah dan kewaspadaan dini masyarakat yang digelar FKDM Jabar, Jumat (24/1).

"Penyelenggara yaitu kami FKDM ini berada di bawah Kesbangpol. Kami menggelar diskusi ini ingin masyarakat jangan sampai terbelah melalui isu-isu yang belum tentu kebenarannya. Makanya kehadiran kami di sini dan menghadirkan pihak Sunda Empire dengan maksud mengklarifikasi klaim-klaim mereka," kata Cecep, Bandung.

Dia menilai, terdapat sejumlah klaim yang disampaikan petinggi Sunda Empire yang mencengangkan masyarakat baru-baru ini. Salah satunya klaim mereka soal kekuasaan atas 54 negara.

Selain itu, petinggi Sunda Empire yang kerap berpenampilan ala militer itu menyebut daftar ulang sebagai bentuk pengakuan negara.

"Jadi kami menginkan klaim-klaim soal bukti-bukti itu," kata Cecep.

"Misal dari proses mereka berdiri melibatkan negara. Apakah itu klaim sesungguhnya atau sekadar klaim? Makanya kami meminta penjelasan agar masyarakat jangan sampai memperoleh klaim itu sebelum ada kejelasan-kejelasan," kata dia menambahkan.

Di tempat yang sama, Deputi Bidang Hubungan Kelembagaan dan Kemasyarakatan Kemensesneg Dadan Wildan mengakui dirinya baru tahu ada Sunda Empire sejak ramai di media sosial.

Sebagai sejarawan, dirinya tak mengetahui ada jejak rekam sejarah yang pernah menyebutkan adanya kekaisaran bernama Sunda Empire.

"Tidak ada sumber rujukan tertulis," kata Wildan.

Kendati demikian Wildan menilai gerakan Sunda Empire adalah upaya sekelompok orang untuk membangkitkan kejayaan masa lalu. Hanya saja menurutnya sepanjang tak melanggar hukum, keberadaan kelompok ini tidak perlu ditanggapi berlebihan.

"Menurut pandangan saya, kehadiran mereka adalah wacana baru yang tak akan bertahan lama. Karena pendukung infrastrukturnya tidak ada," ucapnya.

Copyright © Cecep Darmawan | Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia