28 November 2020

Prodi Favorit bukan Indikator Sukses


Ketua LTMPT M Nasih menjelaskan lima prodi disiplin ilmu sains dan teknologi (saintek) dengan rasio jumlah peminat dan keketatan tinggi, di antaranya, pertama, Teknik Informatika Universitas Padjadjaran (Unpad) dengan jumlah peminat 2.465 peserta dan kuota penerimaan 32 orang, atau rasio penerimaan sebesar 1:77.Kedua, Kedokteran Gigi Universitas Diponegoro (Undip) dengan jumlah peminat 464 peserta dan kuota penerimaan 8 orang, atau rasio penerimaan sebesar 1:58. Ketiga, Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan peminat 3.565 dan kuota 62 orang, atau rasio penerimaan sebesar 1:58.Keempat, Pendidikan Dokter Universitas Indonesia (UI) dengan peminat 3.045 peserta dan kuota 54 orang, atau rasio sebesar 1:56. Kelima, Ilmu Komputer UGM dengan peminat 1.330 peserta dan kuota penerimaan 26 orang, atau rasio penerimaan sebesar 1:51.

Selanjutnya, untuk lima prodi paling banyak peminatnya dalam pendekatan disiplin ilmu sosial dan humaniora (soshum), yakni pertama, Ilmu Komunikasi UI dengan peminat 2.988 peserta dan kuota penerimaan 24 orang, atau rasio penerimaan 1:25.Kedua, Ilmu Hubungan Internasional UI dengan peminat 1.627 peserta dan kuota penerimaan 18 orang, atau rasio penerimaan sebesar 1:90. Ketiga, Ilmu Komunikasi Unpad dengan peserta 3.134 peserta dan kuota penerimaan 36 orang, atau rasio penerimaan sebesar 1:87.Keempat, Manajemen Unpad dengan peminat 2.587 dan kuota penerimaan 30 orang, atau rasio penerimanya sebesar 1:86. Kelima, Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dengan kuota 2.671 dan kuota penerimaan 32 orang, atau rasio penerimaan 1:83.   Nasih mengatakan pemeringkatan tersebut dikategorikan dari jumlah peminat dan kuota penerimaannya, bukan dari segi prodi favorit. “Tapi kalau memang mau dikategorikan sebagai prodi favorit, mungkin itu adalah terminologi populer,” kata Nasih dalam pengumuman hasil seleksi SBMPTN secara virtual, kemarin. 

Berbau digitalcGuru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof Cecep Darmawan mengatakan berbicara tentang prodi paling diminati, artinya disiplin ilmu tersebut saat ini memang sedang tren. Namun, masuk prodi paling diminati bukanlah satu-satunya indikator sukses.

Pertama, saya ucapkan selamat bagi adik-adik yang berhasil masuk dan diterima di perguruan tinggi negeri. Namun, masuk ke prodi favorit bukan ukuran ke depan akan lebih sukses daripada yang kurang diminati,” ungkap Cecep saat dihubungi, kemarin.Pengamat kebijakan pendidikan itu menyebutkan peluang sukses antara yang diterima dalam prodi favorit dan kurang favorit itu sama besar. Namun, bagaimana para calon mahasiswa mengembangkansoftskill dan hardskill itulah yang akan menjadi tolok ukur kesuksesan.  “Intinya, bukan prodi yang jadi tolok ukur,” kata dia. Cecep menyebutkan dari tahun ke tahun, kategori prodi favorit terus mengalami perubahan. Biasanya suatu disiplin ilmu menjadi favorit mengikuti tren yang berkembang.

“Sekarang sepertinya yang berbau digital sedang jadi favorit,” kata dia.Cecep pun membagikan tips agar ke depan para calon mahasiswa bisa masuk prodi favorit pilihan mereka. Pertama, lihat jumlah pesaing karena semakin banyak semakin berat. Kedua, lihat daya tampung prodi tujuan.  

“Sebab makin sedikit, makin berat saingannya, apalagi, kan, ada jalur undangan dan jalur penerimaan lainnya,” kata dia.Terakhir, lihat kemampuan diri. “Sekali lagi jangan putus asa kalau kita tidak masuk ke prodi pilihan pertama. Kesuksesan bukan dilihat dari prodi saja,” lanjut dia.Seperti diketahui, sebanyak 167.653 peserta lulus SBMPTN 2020, atau sekitar 23,78% dari 702.420 pendaftar dengan rincian tiap-tiap pendaftar non-KIP kuliah sejumlah 546.370 orang dan pendaftar pemilik nomor pendaftaran KIP kuliah sebanyak 156.050 orang. (S-3)  

Sumber: https://m.mediaindonesia.com/read/detail/336830-prodi-favorit-bukan-indikator-sukses

Copyright © Cecep Darmawan | Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia