25 April 2017

Teladan dari Prof. Furqon

Oleh: Cecep Darmawan
Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia dan Kepala Pusat Kajian dan Pengembangan Kebijakan Publik, Inovasi Pendidikan dan Pendidikan Kedamaian pada LPPM Universitas Pendidikan Indonesia

Sabtu, 22 April 2017 pagi hari penulis mendapat kabar duka dari salah seorang guru besar melalui media social grup Dewan Guru Besar UPI, bahwa Rekor UPI, Prof. Furqon meninggal dunia sekitar pukul 10.00 WIB selepas olahraga persahabatan tenis lapang. Kepergian Prof. Furqon meninggalkan duka yang amat dalam bagi sivitas akademika UPI, keluarga besar alumni, masyarakat pendidikan dan juga bagi bangsa ini. Sebab, Prof. Furqon selain sebagai putra terbaik dan tokoh pendidikan di Jawa Barat dan nasional, juga sebagai tokoh pendidikan yang mendapat pengakuan internasional.

Pelayat pun terus berdaatangan baik dari keluarga, kolega, pejabat sipil dan militer, bahkan empat mantan Rektor UPI yakni Prof. Achmad Sanusi,  Prof. H. M. Nu'man Somantri, Prof. M. Fakry Gaffar, M.Ed.  dan Prof. Sunaryo Kartadinata, dating turut mendoakan/menyolatkan almarhum baik di masjid atau di rumah duka.


Prof. Furqon, Ph.D terlahir di Ciamis, 2 Oktober 1957. Dalam usia menjelang 60, Prof. Furqon meninggalkan kita semua dengan keadaan tenang. Almarhum disholatkan di mesjid kampus UPI. Uniknya nama masjid sama dengan almarhum, yakni Al Furqon. Dan Prof. Furqon pernah menjadi KetuaUmum DKM Al Furqon. Mesjid yang megah ini menjadi saksi  atas masifnya jamaah yang turut menyolatkan almarhum. Adapun yang menjadi imam pada saat sholat jenazah adalah KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym).

Kiprah Prof. Furqon
Berdasarkan catatan sejarah perkembangan UPI, Prof. Furqon merupakan Rektor ke-8 dihitung dari status UPI bernama IKIP Bandung, dan pimpinan ke-10 sejak UPI pertama kali bernama Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) Bandung yang diresmikan oleh Menteri Pendidikan Pengajaran Mr. Muhammad Yaminpada 20 Oktober 1954.
Menurut Prof. Idrus Affandi  dan Prof. Fuad Abdul Hamied, peristiwa meninggalnya Rektor UPI  ketika menjabat merupakan peristiwa pertama kali sejak UPI berdiri. Oleh karenanya para guru besar, kolega, dan sivitas akademika amat terkejut, apalagi kepergian Prof. Furqon begitu cepat.  Namun taqdir  telah ditentukan oleh Alah SWT, dan itulah yang terbaik bagi Prof. Furqon meninggal dalam menjalankan amanah sebagai rektor.
Kiprah Prof Furqon di kampus diantaranya pernah menduduki jabatan Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB), Wakil Dekan I FIP,  Kepala Lembaga Penelitian, Direktur Pascasarjana, Wakil Rektor, Ketua dan Komisi D Senat Akademik. Di luar itu, Prof Furqon pernah menjabat sebagai Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Litbang Kemdikbud), Ketua Umum DKM Al Furqon UPI, aktif di Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) dan Anggota Dewan Pembina Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI), menjabat di Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP),  aktif di ICMI Jawa Barat, bahkan sampai akhir hayatnya Prof. Furqon masih tercatat sebagai Ketua Umum Himpunan Sarjana Bimbingan dan Konseling Indonesia (HSBKI).

Disamping itu, Prof. Furqon adalah figur pemersatu atas berbagai golongan dan kepentingan di universitas. Prof. Furqon ingin berdiri di tengah, menjadi pengayom ketika berbagai kepentingan elemen-elemen kampus kerap menimbulkan dinamika politik kampus. Namun, Prof. Furqon dapat menyelesaikan konflik dengan musyarawah dan mengakomodir semua kepentingan universitas. Tentu saja tidak ada yang sempurna, namun upay aresolusi, rekonsiliasi, perdamaian, dan pengambilan keputusan dengan berbagai perimbangan yang bijak telah dilakukan oleh Prof. Furqon.

Dalam hal keagamaan, almarhumpun terkenal dengan kefasihan melafadzkan dalil-dalil Al Quran dan Hadits dalam setiap momentum keagamaan seperti pengajian atau khutbah. Maklumlah, karena Prof. Furqon sebelum memasuki jenjang perkuliahan di IKIP Bandung (UPI), beliau mengikuti pendidikan di sekolah (PGA), sekaligus mondok di salahsatu pesantren di Tasikmalaya. Dengan berbekal ilmu agama yang mumpuni itulah, Prof.Furqon kerap tampil sebagai khatib jumat, idulfitri atau idul adha. Bahkan dalam berbagai sambutan resmi pun kerap almarhum menyampaikan nash-nash Al Quran baik secara eksplisit maupun substantif.

Sikap teladan almarhum, tidak membeda-bedakan perlakuan baik terhadap pejabat maupun pegawai biasa. Beliau acap datang menjenguk dosen atau pegawai biasa yang sakit. Tutur katanya santun dan kerap tersenyum dalam berbagai suasana. Nyaris sulit menemukan muka marah dalam wajah beliau. Singkatnya Prof. Furqon merupakan pribadi yang humanis dan humble. Bahkan, di mata Kordinator Kopertis Wilayah IV, Prof. Uman Suherman, Prof. Furqon merupakan pribadi yang bersahaja, taat beragama, dan bageur. Rasanya agak sulit mencari sosok pengganti Prof. Furqon yang setara nyantrinya seperti almarhum.
UPI sebagai kampus PTN Berbadan Hukum (PTN BN), sedang gercar-genjarnya menuju universitas kelas dunia (World Class University). Dimulai sejak UPI BHMN tahun 2004, UPI mengakselerasi diri dengan berbagai program percepatan dan unggulan. Infra struktur kampus yang sudah modern perlu ditopang oleh kultur akademik dan produktivitas dosen/guru besar yang dapat diandalkan. Berbagai prestasi dalam bidang akademik dan nonakademik yang pernah diraih dosen dan mahasiswa semakin tahun semakin meningkat. Begitu pula dosen/guru besar, dan alumni UPI banyak menduduki berbagai jabatan publik di luar kampus, baik pada dunia birokrasi, politik,  kemasyarakatan maupun dunia usaha secara prestisius. Apa yang sudah ditorehkan para pendahulu UPI termasuk oleh Prof. Furqon menjadi wasiat penting bagi kita semua unutuk terus melanjutkan agenda panjang universitas dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai mana amanah para pendiri bangsa kita.

Kita yakin bahwa segalaa mal kebaikan Prof. Furqon, khususnya ilmu yang bermanfaat bagi para mahasiswa dan masyarakat, akan menjadi amal zariah dan sekaligus catatan pahala di sisi Allah. Bagi sivitas akademika UPI selain mendoakan almarhum seraya melanjutkan kembali cita-cita yang belum terselesaikan oleh almarhum. Lalu, kewajiban kita semua untuk senantiasa turut mendokan almarhum, melanjutkan kebaikan-kebaikan yang masih tertunda dan menjaga tradisi-tradisi baiknya selama ini.  Selamat jalan Rektorku tercinta, doa kami menyertai dan semoga husnul khatimah.  Aamiin yaa Robbal’a alamiin.

Sumber: Pikiran Rakyat

Copyright © Cecep Darmawan | Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia